Breaking News
Loading...
Sabtu

Agar Anak Tak Berkomentar Seenaknya

Komentar anak Anda sering memerahkan telinga. Bijak menanggapi adalah tindakan yang tepat agar anak mau mengubah kebiasaannya.

"Ibu! Ibu! Anak itu putih sekali. Rambutnya bisa kuning begitu. Bule ya?" teriak Eri saat makan di sebuah restoran, sambil menunjuk seorang anak berkulit albino. Dika salah tingkah dan berbisik, "Ssssttt, jangan suka ngomentari orang begitu. "Eri, yang belum juga ngeh bertanya, "Iya, tapi kenapp." Belum selesai ucapannya, Dika membungkam mulut anaknya, "Ssssttt!"

Anak-anak kerap kali berkomentar di mana saja dan kapan saja, tanpa memikirkan dampaknya bagi orang yang dikomentari. Anak-anak usia ini tak paham bahwa komentarnya bisa saja tidak dapat diterima orang lain. Mereka tentu tak bisa disalahkan, karena mereka belum matang secara sosial. Mereka juga belum mampu berpikir sebelum bicara. Namun, di sisi lain, anak sebenarnya mulai peka terhadap sesuatu yang tidak lazim.

Tidak bermaksud menghina. "Aduh Bunda, orang itu pendek sekali!" Atau, "Orang itu kenapa hidungnya tidak ada?" Orang yang sangat pendek, orang yang tidak punya hidung, merupakan sesuatu yang tidak lazim. Anak mulai sadar ada sesuatu yang "tak beres". Kesadaran ini tentu bukan sesuatu yang jelek. Masalahnya adalah, bagaimana melatih anak agar tidak berkomentar pada yang tak lazim itu, meski ia tidak berniat menyakiti hati orang lain.

Sebelum melatih anak peka terhadap orang lain, sebelummya Anda perlu introspeksi. Bisa saja anak belajar dari Anda. Namun bila anak nyata-nyata tidak meniru dari Anda, pengaruh lingkungan sekitar atau televisi mungkin biang keladinya.

Namun, apa pun sumber cara anak berkomentar, Anda perlu mengubah perilaku anak agar sesuai tuntutan lingkungannya. Bila cara anak berkomentar terhadap kelainan orang lain tidak pada tempatnya, Anda dapat melatihnya tanpa membuat anak merasa dipermalukan. Bila anak berkomentar:
Jawab komentar anak dengan bijak; " Ada banyak macam manusia. Ukurannya juga macam-macam. Ada yang tinggi sekali, ada yang pendek sekali. Tuhan menciptakan manusia bermacam-macam. Warna kulitmu apa? Di kelasmu ada enggak anak yang paling tinggi?" Saat Anda mengatakan ini, arahkan pandangan Anda pada wajah anak. Jangan biarkan ia terlalu lama memandangi orang yang dikomentari.
Jangan membuat anak merasa bersalah karena apa yang dikatakannya itu benar.
Setelah Anda hanya berdua dengan anak, misalnya di dalam mobil, jelaskan padanya bahwa ia tak boleh berkomentar seperti itu. Apalagi mengomentari orang di tempat umum mengenai keadaan fisik bisa membuat orang itu sedih, marah, atau tersinggung.
sumber:a y a h i b u . c o . i d 

0 komentar :

Posting Komentar

Back To Top